Pukul 22.09 di kamar kosan
Selamat malam, lagi. Kebetulan ketika sedang menulis ini diluar baru saja reda hujan. Sebelumnya telah menyelesaikan rutinitas magang yang mewajibkan saya-atau kami, untuk segera mungkin mengumpulkan sebuah laporan di awal semester mendatang. Semester 6.
Sebelum isya berkumandang, bapak telpon katanya, aku apa kabar. Untuk orang yang seperti bapak, rasanya hal seperti itu saja amat sangat berkesan bagiku. Karena bapak bukan tipikal ayah yang romantis atau humoris pada anak-anaknya.
Bapak kecelakaan, lebih tepatnya jatuh dari motor menghindari kecelakaan.
Pilu, itu saja. Sederet kalimatpun tak mampu mendeskripsikan hatiku saat itu.
Bapak sudah semakin tua, rasanya aga sedikit merasa berdosa ketika tiba-tiba di hampiri kabar seperti itu.
Mengingat bapak pasti sendirian, alih-alih malah menambah rasa bersalah karena sudah jadi anak rantau selama bertahun-tahun, tapi bapak tetap bilang, "Syukuri saja", lantas mau bagaimana?
.
.
Selamat malam, semoga kita selalu bahagia dengan hal-hal sederhana maupun tidak.
Akhir-akhir ini merasa sangat menimbang kembali perihal cita-cita. Kadang berpikir apakah ini ambisi semata?
Ingat tidak 2 tahun lalu pernah bilang " kalo lolos di UIN pasti bisa ini itu" nyatanya, kesempatan itu kamu lewatkan cuma-cuma. Iya paham, kadang kondisi dan benturan sana sini aga sedikit menghambat etos kerja, namun apakah harus berhenti di tengah jalan seperti ini?
Bangun, buka catatanmu, buka lagi cita-cita yang sempat kamu tulis.
Kamu terlalu terlena dengan suasana.
Ini belum terlambat, masih ada 1 tahun kedepan, maksimalkan.