Drama Magang, dari ICC loncat Kemenag JakSel


 Drama perkuliahan emang ada aja ya. Suka dukanya nikmat banget kalo dijalanin, tapi puyeng banget kalo cuma dipikirin haha.
Istilah magang bukan hal yang asing bagi mahasiswa pastinya. Magang menjadi salah satu ajang yang mungkin paling dinanti-nantikan karena pengalamannya. Pun bagiku, pernah dititik seperti itu. Dinanti-nantikan dengan harapan menjadi pembuka relasi saat masuk ke dunia kerja nantinya, dinanti-nantikan sebagai pemuas rasa penasaran tentang dunia kerja yang jadi salah satu incaran—oh dunia kantor tuh kerjanya gini ya, ohh kalo kerja di penerbitan modelnya gini ya, ohh kalo kerja harus gini yaa, dan segala macam hal baru lainnya.
Semacam jenis pekerjaan untuk menambah pengalaman  selain untuk diri sendiri, nama instansi seperti jadi taruhanya jika tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Waktu itu aku duduk di semester 5, Selesai melaksanakan setumpuk tugas dan ujian akhir semester, ketua prodi beserta beberapa jajarannya menghimbau adanya perkumpulan yang dikhususkan untuk angakatan kami karena akan ada pembacaan SK wajib magang di liburan menuju semester 6. Terhitung dari Desember akhir, kami harus sudah menentukan pilihan dimana akan melangsungkan magang yang akan berakhir di bulan februari nanti.
Bayangan magangku waktu itu, ingin sekali magang ditempat-tempat bersejarah yang tak hanya berkutat dengan perihal administrasinya saja, syukur-syukur bisa sambil jadi guide wisata tempat sejarah. Sayangnya, tempat dimana aku dan teman teman lain melaksanakan magang memang murni kita yang menentukan jadi harus mempertimbangkan jarak, jauh dekatnya jadi pilihan kami tentunya. Di plan awalku saat itu, dengan rekomendasi dari salah satu dosen, aku akan mulai apply surat permohonan izin magang di Bogor, yakni Museum Balai Kirti, semacam museum yang dipersembahkan khusus untuk mengenang para mantan presiden Indonesia, tak jarang juga kebanyakan orang menyebutnya Museum Kepresidenan. Museum ini terletak di Jl. Ir. H. Juanda No.1 RT 04 RW 01, Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, 16122. Rencana awalku dimagang ini aku akan melaksanakannya dengan salah satu teman dekatku. Karena syarat magang diperbolehkan melakukan magang dengan format kelompok atau perorangan, pikirku jika bisa dilakukan bersama rasanya akan lebih ringan saat melaksanakan laporan wajib diakhir, dan lebih berkesan saat proses magang berlangsung tentunya.
  Sesampainya kami di pintu gerbang museum ini, dengan membawa sepucuk surat kami meminta izin satpam untuk bertemu dengan bagian administrasi, namun saat itu satpam bersikeras memberitahu kami bahwa museum ini tidak diperuntukan untuk khalayak umum dan sepertinya lowongan magang sedang kosong. Akhirnya kami memberitahu bahwa kami datang kesini atas rekomendasi dosen kami, sayangnya kami memang belum sempat bertukar kabar dengan salah satu staf yang dimaksud oleh dosenku tersebut—karena belum meminta kontak beliau, kebetulan saat dipersilahkan datang kami diberitahu boleh apply surat izin magang lewat screenshoot chat whatsApp. Satpam hanya menyarankan, untuk menaruh surat apply tersebut di kantor satpam, katanya biar nanti satpam yang membawa surat tersebut ke bagian administrasi. Jujur, perasaanku saat ini aga sedikit menyayangkan sikap daripada satpam tersebut, tapi apa boleh buat kami tidak bisa berbuat banyak setelah mencoba mengabari dosen kami dan sepertinya beliau juga sedang sibuk jadi tak sempat membalas dengan cepat, dan aku sangat mafhum akan hal itu. Singkat cerita, akhirnya kami mempercayakan surat apply kami di satpam, untungnya saat malam tiba kami akhirnya mendapat kabar dari dosenku, intinya akan segera dikomunikasikan dengan staf yang beliau kenal, bahwasanya ada mahasiswa beliau yang menitipkan surat apply di kantor satpam.
  Entah kenapa, saat itu aku sendiri menjadi kurang antusis melaksakan magang di tempat tersebut, akhirnya sebagai plan b, c bahkan d, kami tetap apply surat izin dibeberapa tempat lainnya. Temanku sudah memutuskan untuk apply di sekolah MA-nya dulu, tentunya menjadi seorang guru. Akupun mulai punya rencana ingin apply di Komnas Perempuan, lokasinya kebetulan ada di Jakarta. Setelah mengobrol dengan salah satu alumni yang pernah magang disana, diperkirakan aku harus mencari tempat tinggal sementara agar tidak repot nantinya, hmm memikirkan itu rasanya tidak memungkinkan jika harus menumpang dulu atau terpaksa mencari kosan baru sebagai tempat tinggal sementara.
  Akhirnya aku mulai memikirkan plan c, sambil menunggu pemberitahuan dari Museum Balai Kirti terkait apply yang kami kirim. Sebenarnya, sebelum memutuskan apply surat ke museum di bogor aku sempat ditawari magang di daerahku tinggal, Cipanas-Cianjur. Kebetulan Taman Bunga Nusatara saat itu sedang membuka lowongan bagi yang ingin melaksanakan magang, tentunya dengan bantuan salah satu keluarga yang kebetulan menjadi staf disana. Tapi keinginanku saat itu memang ingin sekali melaksanakan magang di tempat-tempat di Jakarta, atau minimal Bogor. Pikirku, mudah-mudahan saat lulus nanti, syukur-syukur bisa kulanjut jika permorma kerjaku diakui. Tapi alih-alih begitu, jika awal bulan Januari nanti belum juga mendapat kabar dari manapun, sepertinya tawaran magang di daerahku akan menjadi pilihan akhirku.
  Kembali ke plan C, temanku dari kelompok lain menawariku untuk gabung di kelompok magang mereka yang beranggotakan 3 orang, lumayan jika mau masuk bisa mengisi satu slot lagi, katanya. Akhirnya kuceritakan bahwa aku dan temanku sebenarnya sudah mulai apply dimana-mana, hanya tinggal menunggu panggilan. Tapi memang tidak ada salahnya mencoba lagi, akhirnya aku memutuskan untuk ikut apply di tempat magang yang akan mereka tempati nantinya.
  ICC (Islamic Cultural Center), Saat pertama kali mendengar nama itu, dalam pikirku mungkin semacam instansi penerbitan buku atau kajian budaya, atau bisa jadi hanya tempat seperti perpustakaan yang menyajikan berbagai macam pengetahuan yang berkaitan dengan kebudayaan. Kupikir tak apalah, karena waktunya sudah sangat mepet jika harus mengikuti keinginan untuk mendapat tempat magang yang sesuai dengan selera kerjaku. Lagipula aku belum dapat panggilan dari manapun, akhirnya saat pertama kali apply surat, hanya beberapa perwakilan dari kami yang datang kesana dan aku belum sempat ikut membersamai. Kagetnya mereka bahkan sudah menyarakan kapan kami bisa memulai magang kami, dan ini menjadi salah satu panggilan pertama kami setelah mencoba apply dimana-mana. Akhirnya kami diskusikan, agar magang cepat selesai diawal februari ada baiknya kami ambil saja panggilan magang pertama ini.
  Masuk pertengahan Januari, kami langsung  dipersilahkan memulai program magang kami, saat pertama kali masuk ke gedung tersebut, banyak pertanyaan yang terlintas dibenakku, ada sedikit perasaan mengganjal tapi urung kuungkapkan. Kami diperkenalkan dengan pimpinan ICC yang berasal dari Timur Tengah, tepatnya Iran. Setelah mengobrol banyak hal yang tak jarang dibantu translator, kami diajak berkenalan dengan beberapa staf juga bagian-bagiannya. Pertama kami dikenalkan dengan bagian penerbitan dan percetakan, yang terdiri dari staf redaksi, editor majalah, para layouter dan bagian design majalah atau buku. Lanjut ke bagian gudang, yaitu segala macam administrasi dan stok buku yang sudah diterbitkan maupun yang akan disalurkan, tapi dibagian ini kami tidak diperkenankan untuk ambil bagian karena tugasnya memang cukup berkaitan dengan fisik, seperti menghitung buku dan mengangkat atau memindahkannya agar bisa disortir, untuk itulah kami tak ambil bagian atas rekomendasi kepala staf ICC, setelah itu lanjut ke bagian perpustakaan, disini kami dikenalkan dengan kepala bagian perpustakaan, Namanya bu Ena, tapi kami hanya boleh memanggilnya dengan sebutan ka Ena. Dibagian ini kami dijelaskan mengenai jobdesc dibagian perpustakaan ini, seperti merapikan buku-buku, menyortirnya sesuai dengan jenis buku dan kategorinya, juga beberapa dari kami diajarkan terkait bagaimana peraturan sirkulasi peminjaman diperpustakaan ini berlangsung, oia selain itu juga ada yang bertugas di lobi masuk, tentunya sebagai resepsionis. Karena jumlah kami berempat, akhirnya kami diberi keleluasaan untuk menentukan jadwal kami sendiri dengan memilih dibagian mana kami ingin bertugas.
  Atas kesepakatan kami bersama dengan tujuan agar kami bisa merasakan semua bidang, akhirnya kami sepakat untuk berada di semua bidang dengan jadwal perminggu yang bergilir. Minggu pertama di Perpustakaan, minggu kedua di percetakan dan penerbitan, minggu ketiga di bagian administrasi gudang, tapi hanya bagian pengecekan data saja. Sementara untuk resepsionis juga bergilir perhari. Hari pertama kami rampungkan membuat jadwal dan ternyata ada beberapa revisi, kepala staf ICC rupanya ingin ada jadwal diskusi juga, teknisnya kami disuruh membaca beberapa buku yang disarankan yang nantinya akan dipresentasikan dan didiskusikan bersama, seingatku kepala staf ingin kegiatan diskusi ini berlangsung setiap hari kamis di perpustakaan. Dihari pertama bekerja ini juga, aku dapat panggilan dari Meseum Balai Kirti, sungguh diluar dugaan tapi inilah resiko  dan pilihan yang telah kuambil.
  Minggu pertama kami habiskan di area perpus. Kami menerima berbagai macam ilmu baru, baik yang dijadwalkan maupun yang diluar jadwal. Sedikit kuperhatikan juga orang-orang seperti apa yang menjadi rekan kerjaku disini, ada berbagi macam kegiatan baik yang menjadi rules yang sifatnya kerjaan maupun tidak. Contohnya seperti ajakan saat melaksanakan sholat jumat berjamaah meskipun sifatnya tidak memaksa, oia sedikit informasi aku bersama kelompokku semuanya beranggotkan perempuan. Intinya lumayan banyak kutemukan hal baru selama seminggu terakhir ini.
  Di minggu pertama ini kami mengalami beberapa kendala yang rasanya tak mungkin aku jabarkan disini, sejak awal memang ada perasaan menggajal dan banyak tanya dalam benakku, tapi sayangnya ketika itu aku urungkan. Akhirnya ketika sudah berlangsung hampir lima hari, kami baru membahasnya antar personil sampai kami adakan forum sharing sambil evaluasi kinerja kami di minggu ini. Dengan banyak pertimbangan dan segala sesuatunya, akhirnya sempat terlintas untuk berhenti diminggu pertama ini, menurut salah satu temaku. Temanku yang lainpun akhirnya mengutarakan hal yang sama. Sekali lagi, aku tak bisa menjabarkan alasan kami berniat mengundurkan diri di tulisan ini karena satu dan lain hal—mungkin nanti akan aku tulis ulang di halaman lain dengan latar belakang yang aku samarkan. Tapi intinya, kami datang dengan niat baik dan keluarpun melalui prosedur yang baik. Masuk ke minggu kedua, akhirnya kami berencana menemui kepala staf untuk menyampaikan permohonan maaf kami karena terpaksa harus selesai sebelum waktunya. Kami jelaskan detail dan alasannya, akhirnya kepala staf pun mengizinkan kami dan memberi kami sedikit oleh-oleh berupa beberapa buku dan majalah terbitan paling baru. Tak lupa kami sampaikan terimakasih atas pengalaman berharganya, kamipun pamit. Di ICC inilah kami mempunyai pengalaman berkerja sebagai resepsionis, segala macam yang berhubungan dengan data dan sirkulasi buku di perpustakaan, juga ilmu baru lainnya.
  Jujur, Aku sedikit aga bingung. Pasalnya, kira-kira kemana akan kami apply surat baru untuk magang dengan rentan waktu yang hampir habis, padahal syarat magang ini minimal 1 bulan.  Kamipun menceritakan kendala kami kepada salah satu dosen yang kami percaya, beliau seidkit menaggapi sikap kami dan tentunya memberi arahan dan saran. Temanku yang satu lagi, akhirnya sudah berhasil apply surat baru di daerahnya, tinggalah kami bertiga. Aku dan trman lainnya mulai apply surat izin magang ke Kemenag (kementrrian agama) Jakarta Selatan. Lagi-lagi kami berhasil apply berkat teman kami yang sudah ada relasi dengan orang dalam kemenag, Alhamdulillah tak lama kamipun dibolehkan langsung magang. Disinilah pengalaman kerja kantorku dimulai. 
   Terhitung mulai akhir Januari sampai pertengahan Februari kami melaksanakan magang di Kemenag Jaksel bagian PenMad (Pendidikan Madrasah) Suasana kerja di tempat ini juga terhitung lumayan menyenangkan, namun harus pandai-pandai mengusir kantuk saat sudah selesai jam makan siang (hehe). Jobdesc kami tak jauh dari input data para calon PNS maupun yang sudah PNS, para guru beserta tunjangannya, dan masih banyak lagi. Memang di magang kedua ini, kami hanya berkutat dengan data dan kertas-kertas saja. Untungnya, rekan kerja kami yang terhitung sudah memasuki kepala 30-50 tapi rupanya masih pandai membuat guyonan-guyonan receh ala abg, Alhasil tak jarang kami terhibur oleh ibu-ibu dan bapak-bapan gaul ini.
   Seminggu dua minggu kami lalui dengan aktivitas yang sudah terjadwalkan dengan rapih, pekerjaannya memang hanya input data dan menulis saja, tak jauh dari itu, tapi beginilah dunia kerja, meskipun kadang terlitas rasa bosan, harus selalu disyukuri bagaimanapun kondisinya.
    Bagiku, rekan kerja adalah hal yang paling berpengaruh terhadap performa kerja. Bagaimana tidak, setiap pekerjaan membutuhkan teamwork yang baik jika ingin hasil yang baik pula. Untuk itu, bagiku rekan kerja menjadi salah satu hal yang sangat kuperhatikan.
    Tiap harinya, kami berangkat dari Ciputat sekitar jam 6 pagi. Jika lewat sedikit, sudah dipastikan kami akan telat sampai dan pastinya sangat malu bukan (hehe)—meskipun pernah sekali dua kali, kami juga melakukan hal demikian karena tertinggal bus, atau alih-alih tak kebagian tempat jadi harus menunggu bus berikutnya, untuk itulah rstimasi 1 jam lebih 30 menit jadi acuan. Jakarta memang bukan main jika menyangkut urusan macetnya, apalagi saat jam kerja. Jika berangkat jam 6 kami akan sampai sekitar jam 7 lebih dikit. Staf kemenag memang masuk jam 7 lebih 30 menit sudah paling maksimal untuk telat.
    Akhirnya, Sudah memasuki minggu ketiga dan sesi magang kita hampir selesai. Alhamdulillah juga segala macam perdataan yang kami geluti sudah berhasil rampung sesuau deadline, tugas kamipun rupanya sudah selesai. Dihari terkhir magang, ada perasaan bercampur bahagia dan sedih pastinya. Tapu apapun itu pengalam ini tentu sangat berharga bagi kami, Terimaksih kepada semua pihak yang sudah terlibat, mudah-mudahan dilain kesempatan kami bisa bertemu kembali, silaturahmi.
    Setelahnya, mari kita bergelut dengan laporan akhir magang 😆







0 komentar