Bagian Kedua, Yang Harus Pulang.

  
   Live Performence di minggu kedua dimulai. Sesuai dengan ketentuan awal, 6 grup/peserta dipastikan harus pulang. Aku memegang dua grup perempuan, menurut kacamataku selama membersamai kedua grup ini, masing-masing tentu memiliki kekurangan dan kelebihan yang sangat unik. Grup pertama yang berasal dari Sumatera memang boleh diuji kesiapannya, dari segi materi musik mereka terbilang cepat tangkap saat harus pecah suara, maklum grup yang satu ini—menurut ceritanya memang sudah sering ikut kompetisi dan sudah punya jam terbang, jadi saat harus mengarahkan beberapa materi musik terutama bagian harmoni kepada mereka mereka, akan berlangsung mudah dan tak perlu waktu lama, tapi perlu diingat pula, sehebat apapun kita jangan pernah menyepelekan latihan ya. Dari segi koreo mereka juga sudah menyiapkan konsep, hanya ada beberapa yang paling harus direvisi agar lebih sesuai. Awalnya sempat berdebat sedikit perihal materi dakwah, aku menyiapkan beberapa opsi tapi ternyata mereka sudah mempersiapkan materi mereka dan mereka lebih siap dengan materi tersebut. Aku hanya bisa memberi masukan, selebihnya tentu mereka yang menjalankan, jadi rasanya tak baik juga harus memaksakan. Akhirnya kami sepakat memakai materi pilihan mereka dengan sedikit revisi. Di grup kedua yang kupegang ini berasal dari Kota Batu, Malang. Grup yang satu ini memang perlu ekstra dibersamai. Sedikit cerita, aku sering bertukar info dengan pembimbing mereka di Kota Batu sana, menurut Bu Dewi selaku pembimbing mereka, grup ini memang baru sekali terbentuk saat mengetahui ada ajang kompetisi ini, jadi itulah kenapa diawal kubilang harus extra dibersamai. Saat proses karantina berlangsung malah sempat cekcok antar anggota perihal materi dakwah, yang satu merasa kurang cocok yang satu merasa harus mengejar ketertinggalan. Dalam grup, konflik antar anggota memang biasa, apalagi anggota yang baru saja terbentuk. Disitu juga jadi point penting bagiku pribadi, saat mereka mulai menunjukan sikap yang aga kikuk satu sama lain, aku harus jadi si super kepo dengan menanyai dan mengajak mereka agar mau bercerita. Tapi overall, merrka anak yang sangat mudah diarahkan dan dinasehati, jadi hal semacam itu tak akan lama berlangsung. Jujur, mereka anak-anak yang sangat sopan dan polos, baik tuturnya, tapi kadang justru aku malu sendiri saat mereka melihat raut mukaku yang sedikit kelelahan saat harus melatih harmoni, aku masih sangat ingat pasti ada saja salah satu diantara mereka yang bilang "kaka maaf ya, kita lama belajarnya" atau "kak, maaf ya kita ga bener-bener terus pecahnya"  atau lagi "kak, diantara yang lain kita paling lama ya?" duhh, seringnya aku malah jadi gatega. dan yang justru malah terlintas dipikiranku adalah, apa aku terlalu keras ya ngelatih mereka, atau apa caraku terlalu memaksa ya sampai-sampai mereka berkata seperti itu terus. Akhirnya, sesi dikamar bersama mentor yang lain membuatku berpikir kembali, sepertinya perlu merubah beberapa format aransemen yang bisa mereka pakai sesuai kemampuan mereka, disitu pula aku  belajar mengenal mereka lebih baik lagi.
   Dibabak eliminasi 6 grup ini, sayangnya kedua grup binaanku harus keluar, menurut para mentor yang lain, sangat disayangkan salah satu dari grup binaanku yang disangka-sangka akan masuk ke minimal 4 besar justru harus pulang dibabak eliminasi 6 besar.  Tapi bagaimanapun, begitulah kompetisi, selalu ada hal tak terduga didalamnya. Ada 4 juri disetiap live performence. Masing-masing dari juri ini punya point tersendiri untuk menilai sesuai kategori yang harus dipenuhi saat penampilan berlangsung. Terlepas dari apapun hasilnya, keputusan juri memang tidak bisa diganggu gugat. 
.....

    Karena 6 grup sudah pulang, akhirnya jadwal mentoringpun berubah, aku memegang dua grup lagi, tapi kali ini tak hanya sendirian, lebih menantang bukan? Minggu menjadi semakin menggelora rasanya, kami seperti kawanan yang siap bertempur. Para peserta mulai mencari bahan untuk dijadikan materi lagi, kamipun selaku mentor mulai mencari ide bersama-sama lagi. Dibabak 6 besar ini, 3 diantaranya harus pulang. Moment paling tak terlupakan terjadi disesi ini, sangat amat menguras air mata rasanya. Sampai-sampai, baik mentor atau kru tak herannya dibuat berkaca-kaca dan berurai air mata. Hal tak terdugapun kembali terulang, ada beberapa grup yang harus pulang padahal grup ini terbilang sangat aman, tapi lagi-lagi para juri pasti punya penilaian tersendiri. Akhirnya sampailah dibabak 3 besar, panggung bagi para juara yang akan memperebutkan posisi pertama.

to be continue....





0 komentar