Pagi ini kau ada
Di sekelebat benda-benda
Sesaat sedang ku cari sisir—sisirku dikepala
Sisir berwarna biru kesayangan
Mengatur halus rambut yang awut-awutan
Helai demi helainya bak berisi kenangan
Seperti kau tengah menyimak kesedihan
Di ujung hati yang keruntang-pungkang
Mengenang kau yang pergi tanpa kabar
Sedang burung pelatuk raba-rubu
Memecah hening di subuh nan dingin
Pagi ini kau ada
Sesaat sedang ku cari gelas—gelasku di meja
Kepulan kopi panas menari diudara
Di seduh dengan sedikit sedih yang tak kunjung sudah
Beriring rindu yang hendak tumpah
Ku intip bumantara
Langit malu-malu wajahnya
Perlahan dilahap pendar baskara
Biru bergurat orange di pelupuk mata
Pecah, kerinduan anak adam ini muskil terasa
Pagi ini kau ada
Ku pungut kepingan rindu—Rinduku di kaca-kaca jendela
Sesaknya tetap di dada
Ia juga mengudara
Nyaris tak kenal rehat rupanya
Malam ini, kembali harap di kening seorang gadis yang hendak menarik selimutnya
Saban katanya riang menakhlilkan untaian kalimat yang genap diselimuti shyam
Ah, seperti malam-malam sebelumnya, ini masih sangat sama seperti biasanya, dingin bukan kepalang
Sedang jiwanya menunu bagai anala yang berkobar menuai percikan
Gelora yang nyaris tampak jelas lewat pesonanya disela-sela malam, lampu dan cahaya bulan
Hari ini, mungkin ia lalui dengan berlega hati dan rasa riang
Ah ya, sepanjang ini sudah banyak pengaduan yang diam-diam ia mohonkan dengan menadahkan kedua tangan ditiap malam
Tentu, saat hendak menarik selimut
Aku hampir lupa siapa diriku, setelah beberapa hari kubaringkan tubuh diatas ranjang sembari melamuni beberapa benda-benda berdebu yang tinggal, berikut impian yang hampir tanggal
Aku hampir lupa siapa diriku, saat udara dingin tetap bersikeras menyelinap disela-sela selimut dan malamku, namun tak kunjung juga kutemui kosa kata baru
Aku hampir lupa siapa diriku, saat kebisuan serupa penyakit yang menyerang sebagian isi kepalaku
Aku hampir lupa siapa diriku, saat beberapa langkah tetap keras kepala kujajaki, terseok tersungkur, terbentur, terbentuk lagi
Aku hampir lupa siapa diriku, saat alfa dalam do'a yang kupanjatkan teruntuk tubuh yang harus tetap ku kasihi dengan segala lebih dan kurangnya ini
Kini aku harus ingat kembali siapa diriku, bahwa perempuan harus lihai menyayangi diri sendiri, Ia harus pandai memeluk diri sendiri, cerdas memaafkan kealfaan diri, berbaiksangka pada setiap sulit yang nanti akan ia arungi kembali
Derita gadis menyanyat mengiris
Elokan nasib bagai tak digubris
Sorakan cita-cita hanya ilusi semata
Tanah jawa, toleh adat belaka
Kartini kecewa
Gadis-gadis dipenjara terlalu lama
Dunianya hanya sebatas tembok rumah
sempit nan gelap pula
Kebodohan merajalela
Gadis-gadis tak punya kuasa
Dipingit dimadu mengais pasrah jiwa
Kartini mengaduh
mengayuh harapan untuk puan-puan jawa
Merongrong cahaya di fajar mendatang
Agar puan tetap jadi manusia yang
dimanusiakan
Kau srikandi
Ayu bertopeng berani
Priayi bertopeng mandiri
Wanita inspirasi yang sejati